Mencari Terang Setelah Gelap

Sembuh dari trauma memang tidak mudah. Apalagi jika ternyata dirimu adalah korban kekerasan seksual. Terjebak dalam hubungan asmra yang tak sehat selama hampir 2 tahun. Rasanya itu lebih dari sekedar diperbudak oleh rasa cinta. Sangat bodoh memang. Tapi sebagi perempuan, kadang tak banyak yang bisa kita lakukan. Terjebak dalam ancaman sehingga hari-hari dipenuhi ketakutan. Melawan dengan kekuatan fisik pun pastinya kalah jauh. Hal itu membuatmu seperti kerbau dicucuk hidung ‘terpaksa’ mau menuruti semua kemauannya.

Seorang perempuan yang telah mengalami kekerasan seksual biasanya terlebih dahulu telah mengalami kekerasan verbal dan juga fisik. Sehingga, tak hanya luka fisik yang mereka terima, tapi juga luka hati yang bisa jadi sangat dalam. Korban kekerasan seksual bisa terganggu pendidikannya, kariernya dan kehidupannya. Dan bangkit dari trauma atas apa yang mereka alami sungguh tidak mudah. Ketika korban kejahatan katakanlah pencurian, penipuan dan lain-lain bisa saling berbagi cerita agar hal yang sama tak terjadi lagi pada mereka, hal yang berbeda justru dialami korban kekerasan, baik kekerasan fisik maupun seksual. Ini karena identitas korban kejahatan seperti ini dirahasiakan. Sehingga mereka kesulitan menemukan cara berbagi dengan sesama korban lain agar mereaka bisa bertahan bahkan bangkit dari trauma yang mereka alami.

Saya mengenal betul seorang gadis yang menjadi korban kekerasan seksual. Saat itu ia adalah mahasiswa semester 3 di sebuah Perguruan Tinggi Swasta. Tentu di sini saya tak akan membongkar identitasnya, tetapi saya akan beberkan bagaimana cara dia bertahan hidup dan bangkit dari trauma. Karena semangatnya dan caranya bangkit dari trauma layak untuk dibagikan kepada kalian semua.

Seperti yang disebutkan di atas, menjalin hubungan selama 1,5 tahun dengan seorang pria yang ternyata bukan pria baik-baik kemudian menjadi korban kekerasan verbal, fisik dan juga seksual! Masalah seperti itu tentulah pelik, bahkan ia samapi 3 hari tak iku Ujian Akhir Semester selama 3 hari dan harus menyusul di hari lain. Dia mengatakan, selain mendapat dukungan dan pembelaan dari keluarga, pihak-pihak kampus mulai dari dosen hingga pihak rektorat membuat dia semangat. Dia seorang gadis yang cerdas. Tapi ternyata fakta di lapangan menunjukkan orang yang cerdas secara akademik belum tentu cerdas hidup dalam hal ini memilih pasangan. Tak disangka, selain menjadi pelaku kekerasam si pria ternyata juga seorang pelaku penipuan, pencurian dan penggelapan. Kini pria tersebut tak lagi kuliah di kampus kami. Kabarnya ia telah diusir dar rumah karena mencuri uang ibunya senilai Rp 13 juta.

Kembali ke cerita si perempuan korban tadi, dia memang trauma. Bahkan dia bilang dia awal masa penyembuhan, ia sering bermimpi buruk. Dan menjadi semakin menutup diri dengan lingkunga. Dia dan keluarganya pun akhirnya memilih penyembuhan trauma dengan pendekatan religi. Mengundang guru ngaji ke rumah untuk memperdalam ilmu tajwid pun dipilih. Ia berkata, ilmu membaca al-qur’an secara tak langsung mengajarkannya filosofi untuk yakin pada kemampuan diri, jangan ragu-ragu, dan pemberani ketika melantunkan ayat suci al-qur’an. Di pertemuan petama dia mengaku suaranya begitu lirih, patah-patah, dan terkesan ragu. Namun guru ngajinya yang ternyata hanya lulusan sebuah SMP di Purwokerto selalu menanamkan padanya, yakinlah! Yakin pada kemampuan diri sendiri. Selama belajar, jangan takut untuk salah, karena kesalahan dalam proses belajar adalah wajar. Jangan malu membaca al-qur’an dengan keras karena takut salah dan masih patah-patah membacanya. Selama 3 bulan dia menjalani terapi tersebut. Saat itu ia mengganti nomor ponselnya dan ketakutan setiap ada nomer tak dikenal menghubunginya. Dia juga mengalami Xenophobia , selalu ketakutan setiap mendengar suara teriakan lelaki. Biasanya setiap mendengar suara teriakan lelaki, (padahal waktu itu kami sedang di mall dan tak pasti siapa pemilik suara itu), seketika itu pula wajahnya pias, pucat pasi. Seketika tangannya dingin dan ia merasakan jantungnya berdebar dengan cepat. Di saat seperti itu, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah menggenggam tangannya dengan erat, memeluknya, memberikan ia isyarat bahwa untuk sembuh dari trauma ia tak perlu merasa sendiri, ada orang-orang terbaik yang selalu bersamanya. Dan selalu mendukungnya.

Selain memperdalam ilmu agama, ia juga memperdalam ilmu akademik. Bak kerasukan roh peserta Olimpiade Sains Nasional, ia belajar dengan semakin giat. Sering mengajak temannya menghabisakan waktu di perpustakaan, menambah relasi dan mempererat pertemanan dengan siapa saja, tak hanya teman tapi juga dosen, petugas perpustakaan, staf, satpam, penjaga kantin, semuanya. Ia bilang berbincang dengan orang-orang baru memberinya informasi baru, membuatnya teralihkan dari trauma. Membuatnya banyak tertwa dan merasakan kebahagiaan.

Dia sungguh terharu, keluarga, pihak kampus mulai dari rektor, dosen, staf, satpam, semua mendukungnya. Padahal waktu itu, saat ia 3 hari tak ikut UAS orang tuanya nyaris mengeluarkan anaknya dari kampus! Ketika itu ia telah bersiap berangkat ke kampus untuk mengikuti UAS hari pertama namun orangtuanya melarang dan mengatakan bahwa ia tak usah kuliah lagi. Di hari itu memang ia pergi kampus bersama orang tuanya. Namun ia tak diperbolehkan turun dari mobil ketika orang tuanya mengurus surat pengunduran diri anaknya dari kampus. Dia menangis. Dia menangis di dalam mobil. Dia sensi karena di saat teman-temannya yang lain mengerjakan soal UAS, dia sendirian di dalam mobil tanpa bisa melakukan apa-apa dan tanpa kepastian masa depan. Dia bilang hampir setiap hari menangis. Dia bisa melihat buku-buku kuliahnya di rak buku. Ia merasa, sedih kalau ia berhenti kuliah, apalah arti buku-buku yang telah ia baca, apalah arti perjuangannya dalam menempuh cita-citanya selama ini. Dia bisa menangis sampai larut malam sambil menonton televisi dengan tatapan kosong di kamarnya sambil berbarig di ranjang.

Pada hari ketiga UAS, 3 orang dosen bertamu ke rumahnya, meyakinkan keluarganya agar ia bisa kembali kuliah dan menempuh ujian susualan untuk mata kuliah yang ia lewatkan. Pertemuan itu berakhir dengan air mata bahagia, akhirnya setelah berbicara dengan kedua orang tuanya, gadis itupun langsung bisa mengikuti UAS keesokan paginya. Ia senang bukan kepalang. Kalau dulu ia menangis sedih setiap melihat buku kuliahnya yang ketika ia menyentuhnyaseujung jari saja itu semakin melukai perasaannya, malam itu ia menangis bahagia, ia tak bisa belajar karena saking gembiranya bisa kuliah lagi, bisa melanjutkan mimpi-mimpi. Apalagi setelah dia tahu dia mendapatkan dukungan penuh dari kawan-kawannya, ternyata teman-teman sekelasnyalah yang melaporkan menghilangnya ia dari kampus sampai-sampai 3 hari tak ikut UAS. Ditambah laporan dari pihak rektorat akan permohonan orang tuanya untuk keluar dari kampus membuat pihak fakultas saat itu dibuat heboh dengan kasus yang dialaminya.

Saat itu, dulu, hingga sekarang, kami semua mendukungnya. Ada teman yang bertugas mengawalnya dari keluar rumah waktu berangkat ke kampus, selama di perjalanan menuju dan pulang dari kampus, dan bahkan ada yang mengawalnya selama di kampus. Dosen-dosen selalu mengawasinya, tak hanya dosen fakultas tempat ia menjadi mahasiswa melainkan sampai dosen fakultas lain. Tentunya mengawasi di sini dalam artian positif. Memberikan perlindungan dan jaminan keamanan selama ia bersama mereka.

Dan kini, prestasi terakhirnya ialah ia mewakili kampus kami dalam pemilihan mahasiswa berprestasi di tingkat Kopertis. Memang dia belum juara dan mewakili di tingkat nasional, tapi melihat bagaimana dia bertahan hidup, bangkit dari trauma. Hanya dalam waktu 3 bulan saja dia menjadi sosok yang sungguh luar biasa. Orang biasa mungkin tak akan menyangka apa yang sudah dia lewati sejauh ini untuk bisa menjadi sosok yang kita lihat sekarang. Benar kata pepatah memang, seorang wanita yang kuat dan tegar bisa saja terlahir dari seorang gadis yang memiliki banyak masalah namun tetap bisa bertahan hidup dan melewati semua cobaan dalam hidupnya dengan begitu luar biasa.

Artikel berjudul “Mencari Terang Setelah Gelap” ini adalah artikel lomba yang di adakan oleh Redaksi seputarkuliah

Ditulis oleh: Winona Putri Abdi.
(Bisa disapa lewat facebook: Winona Putri Abdi)

#SeputarKuliah #SeputarkuliahCom

2 Comments
  1. […] Baca juga: Mencari Terang Setelah Gelap. […]

  2. […] Baca juga: Mencari terang setelah gelap. […]

Leave A Reply

Your email address will not be published.

x