Let’s Be a Different and Great One

Setiap orang bukan tidak mungkin tidak memiliki kejenuhan ketika masih berada pada masa studi di kampus. Banyak hal diusahakan untuk bisa membuat diri tetap semangat demi mengejar selesai masa studi tepat waktu. Sejatinya, tidak ada yang menginginkan untuk menjadi “mahasiswa abadi” atau ingin berlama-lama dalam menyelesaikan masa studi.

Melalui tulisan ini, saya hanya ingin berbagi pengalaman hidup yang berkaitan dengan topik yang sudah dijelaskan diatas. Saat ini, saya masih menyelesaikan studi saya di Universitas Padjadjaran. Saya mengambil jurusan kimia dan sekarang telah mencapai semester 6. Kimia adalah pilihan pertama ketika saya mendaftar melalui jalur SNMPTN. Tentu saja, banyak orang yang mengatakan bahwa saya beruntung bisa diterima sebagai mahasiswa kimia Universitas Padjadjaran. Hal yang lebih membanggakan adalah saya diterima melalui jalur yang notabene tidak memerlukan tes ataupun ujian masuk lagi. Alasan saya mengambil jurusan kimia tidak lain karena banyaknya prestasi lomba di bidang kimia semasa saya duduk di bangku SMA.

Saya beranggapan bahwa prestasi yang baik pasti diperoleh dari kapabilitas yang mumpuni. Kapabilitas yang mumpuni didorong karena gairah yang kuat pula. Semua itu berbanding lurus. Tapi, hal ini tentu saja boleh jadi berbeda ketika kamu yang baru pertama kali merasakan suasana studi di kampus. Tidak semua orang bisa beradaptasi dengan cepat dengan suasana perkuliahan.

Dunia perkuliahan menuntut lebih dari sekadar hasil akademik yang baik. Lebih dari itu, kamu bahkan dituntut untuk bisa membagi waktu guna menambah soft skill selain dari hard skill yang kamu peroleh dari kelas seperti dengan melibatkan diri dalam berbagai acara internal maupun eksternal kampus, mengikuti berbagai organisasi yang ada di dalam maupun di luar kampus dan lain-lain.

Sebelum masuk ke semester 6, saya merasakan kesulitan dalam menyesuaikan suasana belajar di lingkungan kampus. Tentu saja ini berdampak pada nilai akademik yang turun dari semester-semester sebelumnya. Hal ini membuat saya merasa jenuh dan bosan. Saya merasa seperti ada yang kurang lengkap kalau kuliah hanya sebatas dengan datang ke kelas, mengikuti kuliah teori dan praktikum, dan melibatkan diri dalam berbagai kepanitiaan di dalam kampus. Rasa jenuh itu semakin memuncak dengan banyaknya laporan praktikum dan deadline presentasi. Belum lagi dengan kegiatan kepanitiaan dan organisasi yang banyak. Bagi saya, ini adalah semacam tuntutan yang harus selalu dipenuhi dan pada akhirnya saya kelelahan dalam menjalani semua ini. Saya mencoba untuk mencari passion yang sesuai demi membuat diri lebih baik dari sebelumnya.

Pada awal semester 6, saya sudah berniat untuk mencari program pertukaran pelajar ke luar negeri atau kegiatan semacamnya. Akhirnya, saya menemukan nama AYFN yang merupakan singkatan dari ASEAN Youth Friendship Network. Salah satu program yang saya ikuti adalah Art Immersion and Student Exchange Fieldtrip (AISEF), semacam program pertukaran pelajar berdurasi seminggu dalam rangka pertukaran budaya yang diadakan di Chiang Mai, Thailand. Saya mengirimkan essay beserta CV sebagai persyaratan dalam program ini. Akhirnya, saya dinyatakan lolos dan berhak untuk mengikuti program ini. Program ini benar-benar mengubah perspektif saya dalam memandang dunia luar. Banyak yang saya dapatkan dari program ini. Pengetahuan dan wawasan tentu bertambah, demikian juga dengan soft skill. Beberapa contohnya, saya semakin disiplin, terutama terhadap waktu. Semakin tinggi rasa toleransinya karena harus berhubungan dengan orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Semakin merasa dekat dengan Sang Pencipta karena menyaksikan keindahan alam yang tidak dijumpai pada negara sendiri.

Sesuai dengan visi hidup saya yaitu “I want to be a different one who inspire the others to be a great one”, saya ingin selama masa studi ini ada banyak pencapaian yang bisa dibanggakan dan pada akhirnya impian saya terwujud. Saya tergabung sebagai anggota dari Charter Teams – Students For Liberty (CT-SFL) tahun 2017. Alasan saya dapat menjadi bagian dari ini adalah saya memilki ketertarikan dengan perkembangan isu-isu dunia yang berkembang saat ini seperti masalah sosial, politik, kenegaraan, dan ekonomi. Kebanyakan rekan-rekan sesama anggota CT-SFL merupakan mahasiswa yang berasal dari fakultas sosial humaniora, seperti ilmu politik, ilmu pemerintahan, hukum, hubungan internasional dan lain-lain. Awalnya, hal ini sempat membuat saya rendah diri dan merasa ragu dengan kapabilitas saya untuk berkontribusi dalam hal memberikan gagasan-gagasan yang mendukung kehidupan masyarakat yang lebih bebas, yang notabene merupakan salah satu tujuan dari CT-SFL itu sendiri.

Saya telah mengikuti banyak workshop, diskusi, seminar bahkan International Conference yang diadakan oleh Students For Liberty beberapa waktu yang lalu. Dari sinilah pengetahuan dan wawasan saya tentang perkembangan isu-isu dunia yang berkembang saat ini bertambah. Saya mendapat banyak buku-buku gratis yang berhubungan dengan sosial humaniora dari setiap acara yang diselenggarakan oleh SFL. Di sela-sela kesibukan saya membaca buku-buku kimia, saya juga menginvestasikan sebagian waktu untuk membaca buku-buku dari SFL yang saya koleksi. Pada akhirnya, saya membuktikan bahwa tidak harus menjadi mahasiswa sosial humaniora untuk bisa “berbicara” dan memberikan gagasan-gagasan tentang masalah sosial, politik, kenegaraan, dan ekonomi.

 

Dari berbagai ulasan saya yang sudah dijelaskan diatas, saya menjadi pribadi yang berbeda dengan mahasiswa saintis pada umumnya, yang seringkali dikatakan oleh kebanyakan orang bahwa “mahasiswa saintis itu apatis”. Semoga saya bisa menghapus stigma ini. Karena saya tidak ingin kelak menjadi orang yang hanya memahami sains dengan baik akan tetapi, buta akan isu-isu sosial, politik, kenegaraan, dan ekonomi.

Inti dari tulisan ini adalah saya ingin mengajak para pembaca termasuk diri saya sendiri tentunya untuk lebih menjadi pribadi yang bisa membuka diri dalam menerima hal-hal baru yang tidak menjadi bagian dari bidang pendidikan yang digeluti saat ini. Selain itu, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk membuat pribadi yang berbeda dan lebih baik daripada orang-orang pada umumnya.

Finally, I would like to say that do what you love so you’ll do that again and over again. Never underestimate yourself. You just need to believe yourself and to open your mind on learning something new that it can make you to be a great one.

Artikel berjudul “Let’s Be a Different and Great One” ini adalah artikel lomba yang di adakan oleh Redaksi seputarkuliah

Ditulis oleh: Ilham Septian.

(Bisa disapa lewat facebook: Ilham Septian).

#SeputarKuliah #SeputarkuliahCom

1 Comment
  1. […] Baca juga: Pengalaman Hidup “Let’s Be a Different and Great One” […]

Leave A Reply

Your email address will not be published.

x