Jagalah Hutanku dan Hutanmu

Hutan bukan hanya tentang pohon tapi juga mencangkup segala elemen kehidupan yang ada di dalamnya. salah satunya adalah sungai, sungai juga berperan penting didalam sana.

Menurut saya “hutan adalah tubuh dan sungai adalah darah. agar tubuh dapat hidup maka diperlukan darah, sama halnya dengan hutan. agar hutan dapat hidup maka diperlukan sungai”.

Foto ini diambil dua tahun yang lalu bersama beberapa teman saya yang tergabung dalam Organisasi daerah,  HIKAPAMORI (Himpunan Kerahiman Pelajar Mahasiswa Ori) . karena berasal dari daerah yang sama, kami berjumpa lagi setelah sekian lama berpisa dengan kesibukan kuliah masing-masing dan akhirnya dipertemukan kembali pada satu keresahan yang sama yaitu keprihatinan kami terhadap kerusakan alam yang marak terjadi belakangan ini.

Maka lahirlah satu gagasan yaitu ingin menjaga hutan sekitar, fokus kami langsung tertuju pada satu sungai yaitu sungai waelapia. untuk diketahui penamaan sungai didaerah ini berdasarkan tempat dan lokasi sungai tersebut, jadi setiap daerah yang dilalui sungai mempunyai nama yang berbeda-beda meskipun berada pada jalur sungai dan satu mata air yang sama. Sepanjang sungai ini ditumbuhi tanaman sagu, itu alasannya kenapa nama sungai ini adalah waelapia, yang  berasal dari dua suku kata yaitu wae yang artinya air dan lapia yang artinya sagu, maka jika digabungkan arti dari sungai wae-lapia adalah air sagu. saya tidak begitu tahu banyak tentang sejarah sungai ini, namun sejak jaman dahulu sungai ini telah ada dan sangat berjasa untuk kehidupan masyarakat sekitar.

Sungai ini dalam satu dekade terakhir mengalami kekeringan yang belum diketahui apa penyebabnya. apalagi sejak jaman dahulu sungai ini telah ada dan menghidupi beberapa desa sekitar dengan berkonstribusi besar terhadap keberlangsungan hidup tanaman sagu, pala, cengkeh, kakau, kelapa dan tanaman-tanaman pertanian lainya serta air yang digunakan untuk kehidupan masyarakat sehari-hari.

Tidak lama untuk kami menentukan kapan gagasan atau ide tersebut dapat di konversikan, keesokan harinya kami langsung terjun ke lokasi. kami menyusuri tepian sungai yang terlihat dangkal dan kotor, membersikan kotoran sampah dan kayu-kayu yang menyumbat aliran sungai. sekaligus melihat langsung untuk dapat memahami apa sebenarnya yang menjadi penyebab keringnya sungai ini. Namun benar saja apa yang terbesit dipikiran kami, salah satu faktor penyebab keringnya sungai ini adalah manusia. sebagian mesyarakat sekitar yang berprofesi sebagai penambang batu dan pasir, tanpa sadar melakukan eksploitasi atau pemanfaatkan hasil alam secara berlebihan sehingga menjadi faktor utama keringnya sungai ini.

Baca Juga : Generasi Muda Dimanakah Peranmu?

Mungkin ini adalah ketidaksengajaan atau juga sebuah ketidaktahuan, ini bukanlah sebuah kesalahan karena hal ini bagian dari pekerjaan, tapi masyarakat seharusnya bisa lebih pekah terhadap lingkungan alam mereka yang mulai rusak, ini menunjukan bahwa kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga alam untuk kehidupan mereka dan kehidupan-kehidupan di masa yang akan datang.

Secara pribadi saya ingin mengatakan bahwa “ini bukan tugas kami saja, tapi ini adalah tugas kita bersama sebagai masyarakat. alam adalah suatu sistem terpenting dalam siklus kehidupan manusia, maka jangan tamak untuk kepentingan jangka pendek, berfikirlah cerdas agar alam dapat melayanimu. jagalah hutanku dan hutanmu untuk kehidupan kita dan kehidupan-kehidupan di masa yang akan datang”.

Sebagai anak daerah pada dasarnya ini hanyalah sebuah gagasan ringan yang lahir dari kepedulian dan rasa cinta, yang mungkin orang-orang akan berfikir remeh atau menganggapnya terlalu berlebihan. untuk itu hal ini tidak akan mudah begitu saja, tapi untuk kesadaran bersama berlahan-lahan kami akan terus mengkampanyekan gagasan ini untuk seluruh lapisan masyarakat, khususnya untuk para pemuda-pemudi untuk ikut bergabung dan sangat berharap semua lapisan masyarakat mau memahami dan menyadari akan pentingnya menjaga alam apalagi didalam sana ada hutan dan sungai yang selama ini menghidupi mereka.

Penulis : Usman Tuankotta

Universitas : Muhammadiyah Malang

Instagram : @burung.baikole & @usman.tuankotta

Facebook : Usman Nazal Tuankotta

——————————————————————-

Foto by : Rhid Tuanaya

Instagram : @iamboino

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.

x