Alasan-alasan Mahasiswa yang sering Merasa Salah Jurusan

Salah Jurusan, Yakin? Apa sih Arti Sebenarnya?

Salah jurusan bukan berarti salah masa depan. Pernah dengar kalimat tersebut atau mungkin kalimat tersebut sudah masuk list motto hidup kamu sekarang? Enggak bisa dipungkiri, nyatanya banyak mahasiswa yang merasa jurusan tempat mereka menuntut ilmu sekarang enggak sepenuhnya pilihan hati mereka. Bisa jadi, karena memang jurusan inilah satu-satunya tempat bermuara terakhir atau jurusan ini pengaruh orang tua serta banyak alasan lainnya.

Mindset salah jurusan inilah, yang dampaknya akan nyamber kemana-mana seperti jadi malas masuk kelas, malas ngembangin diri di kegiatan kampus, malas bersosialisasi, bahkan akan membuat enggak konsentrasi untuk belajar, karena kehilangan feel dengan jurusan yang sekarang. Ibarat perasaan terhadap seseorang aja, kalau sudah ilfeel dengan salah satu orang karena sikapnya yang enggak banget misalnya, kita akan kehilangan respect untuk berinteraksi dengan dia. Jangankan menyapa, untuk menatap saja rasanya malas. Sama halnya dengan perasaan terhadap jurusan ini, untuk mengenal apalagi mendalami ilmunya mungkin sudah enggak ada gregetnya lagi.

 

 

Seputar Kuliah – Salah Jurusan

“Kayaknya gue salah jurusan deh, gue enggak pernah paham matkul X. Apa ini bukan passion gue ya?”

“gue berencana ngulang SBM nih tahun ini. Lo gimana?” “fix gue ngulang SBM.”

“tapi kalo ngulang, sayang setahun nggak sih?”

“kasian duit orang tua gue tapi kalau harus mulai dari semester satu.”

“kalo gue pindah jurusan, orang tua gue izinin nggak ya?”

Kalimat-kalimat bernada dilema tersebut sudah enggak asing lagi di kalangan mahasiswa yang mengaku salah jurusan. Bahkan, untuk saya pribadi yang masih di semester dua. Sempat beberapa kali obrolan mengenai “pindah jurusan” ini jadi topik hangat di sekitar saya. Teman-teman di sekeliling saya mulai berandai-andai, gimana kalau mereka pindah jurusan. Termasuk saya yang pernah berpikir untuk pindah jurusan aja karena gagal pada mata kuliah pengantar akuntansi. Tetapi kemudian saya berpikir berulang kali, apa benar saya salah jurusan? Apa kalau saya pindah jurusan akan menyelesaikan masalah-masalah saya? Gimana kalau saya pindah jurusan, yang ada masalah saya makin bertambah?

 

Setelah mendengar banyak cerita dari kanan kiri, alasan mereka ini sebenarnya macam-macam. Diantara beberapanya merasa belum puas dengan jurusan yang dijalaninya atau dalam istilah lain, enggak sesuai passion. Namun, enggak sedikit diantara teman-teman saya juga memiliki alasan lain yang terselubung berkaitan dengan kenyamanan. Enggak nyaman inilah yang kemudian dijadikan alibi “salah jurusan” kemudian ingin pindah jurusan.

Berikut alasan-alasan yang sering dijadikan alibi salah jurusan:

1. Enggak Suka Satu Mata Kuliah Tertentu

Kalau yang satu ini sih pengalaman saya banget. Sudah berusaha mati-matian untuk mengerti mata kuliah pengantar akuntansi, tapi ujung-ujungnya nge-blank saat ujian. Perasaan putus asa dan kesal sendiri sudah sangat sering saya alami untuk menghadapi mata kuliah yang satu itu. Kalau mau beralasan “gue kan anak IPA di SMA, wajar kalau masih tertatih-tatih di akuntansi,” rasanya malu juga, karena banyak teman sekelas saya yang dari IPA tetapi tetap unggul di mata kuliah ini. Kalau sudah seperti ini, coba cari orang yang kamu rasa nyaman dijadikan tutor dan teman sharing, bisa teman satu kelas, kakak tingkat atau orang eksternal. Kalau saya pribadi coba belajar lagi dengan teman sekelas yang supportive, disamping membantu saya untuk memahami lebih dalam lagi, dia juga selalu dukung saya untuk sabar dalam belajar mata kuliah pengantar akuntansi, teman saya ini cerita kalau dulunya dia juga sempat nangis-nangis belajar akuntansi. But, see, sekarang dia jagonya. Hal itulah yang membuat saya semangat lagi dan yakin masih ada harapan kalau saya lebih tekun lagi.

2. Bosan dengan Suasana Kampus

Beberapa mahasiswa juga sering merasa bosan dengan suasana kampus dan biasanya ini disebabkan karena ekspektasi mereka yang enggak sesuai dengan kondisi kampus sebenarnya, yang kemudian kecewa dan enggak ada rasa cinta dengan kampus sendiri dan berujung ngelirik rumput tetangga. Rasanya klasik, kalau saya mengatakan coba gabung dengan organisasi kampus. Karena perasaan seperti ini enggak bisa dipaksakan. Kalau lebih nyaman di luar, silahkan cari banyak pengalaman di luar, bisa ikut volunteer mengajar suatu komunitas misalnya. bahkan, jika mendengar cerita sepupu saya, dia biasanya cari pelampiasan dengan gabung komunitas alam dan sudah sering ke gunung-gunung. Tetapi harus tetap atur waktu dengan jadwal kuliah ya.

 

3. Ilfeel Dengan Salah Satu Dosen

Pernah ada satu teman yang sudah aktif di kampus, punya banyak kenalan dan menurut saya dia berpotensi kok. Tetapi karena pernah punya masalah dengan salah satu dosen, dia jadi ilfeel dan rasanya ingin pindah aja katanya. Kalau berbicara dosen, saya selalu teringat wejangan ayah saya, “namanya juga dosen, harus sabar-sabar ngadepinnya. Berhadapan dengan dosen itu hanya sebagian kecil dari berhadapan dengan kerasnya dunia kerja.”

Nah, itu dia alasan-alasan yang biasanya membuat kita enggak nyaman dan beralasan salah jurusan. So, dilema salah jurusan ini sebenarnya datang dari pikiran kita sendiri. Tinggal bagaimana kita mengatasinya. Mau pergi begitu saja dari ketidaknyamanan ini atau memperbaiki ketidaknyamanan ini.

Artikel berjudul “Alasan-alasan Mahasiswa yang sering Merasa Salah Jurusan” ini adalah artikel lomba yang di adakan oleh Redaksi Seputar Kuliah (seputarkuliah.com).

Ditulis oleh: Niken (Bisa disapa lewat Instagram: @nikennap)

Leave A Reply

Your email address will not be published.

x