Antara Keraguan dan Kepastian

Setiap orang tua pasti selalu menginginkan dan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Setiap orang tua pasti tidak ada yang menginginkan anaknya hidup sengsara. Setiap orang tua pasti tidak ada yang meginginkan anaknya terluka. Setiap orang tua pasti tidak ada yang menginginkan anak-anaknya salah mengambil langkah untuk masa depannya. Itulah yang dilakukan setiap orang tua, selalu memberikan saran, nasehat yang terbaik untuk anak-anaknya.

Keraguan

Awalnya aku meragukan apa yang telah orang tua ku pilihkan. Aku tidak menginginkan apa yang orang tua ku ingin kan. Aku menginginkan segala impianku yang telah aku impikan bisa terwujud dengan lancar. Namun, kedua orang tua ku sendiri justru kurang setuju. Berawal dari kelas satu SMA, aku menginginkan agar bisa menjadi seorang Polwan (Polisi Wanita). Setiap anak, pasti ada yang menginginkan seperti orang tuanya. Aku ingin seperti bapak, bapak berprofesi sebagai seorang Polisi. Untuk itu aku menginginkan menjadi seorang Polwan. Agar ada penerus dari orang tuanya. Bertanya-tanya tentang apa saja yang perlu disiapkan untuk menjadi seorang Polwan. Mulai mempersiapkan diri. Namun, ada kendala yang menghambat. Selain aku memiliki rabun mata jauh, aku juga pernah terkena penyakit Typus. Itu yang menghambat ku berlatih fisik. Karena apabila aku kelelahan, aku selalu demam. Mulai dari situ orang tua ku melarang aku menjadi seorang Polwan. Karena menjadi seorang Polisi itu juga harus memiliki fisik yang kuat tahan banting. Dan aku pun menuruti kata-kata orang tua ku.

Mencoba melupakan untuk menjadi seorang Polwan dan mencari mimpi yang lain. Lalu seiring dengan berjalannya waktu, aku menemukan mimpi yang lain. Yaitu menjadi seorang scientist (peneliti dalam ilmu biologi). Aku memang menyukai pelajaran Ipa terutama pelajaran Biologi semenjak duduk di bangku SMP. Aku terinspirasi langsung oleh guru Biologi ku kalau pelajaran itu sungguh menyenangkan. Walaupun banyak orang yang justru kurang menyukai pelajaran tersebut karena berbagai alasan. But¸ Biology lessons are fun to learn. Mulai semenjak itu aku membulatkan tekad untuk meraih impian ku menjadi seorang scientist. Salah satu caranya adalah aku bergabung dengan kelompok OSN Biologi di sekolahan. Selalu bersemangat dalam setiap pertemuan. Hingga akhirnya aku kelas 12 dan sudah harus mempersiapkan segala sesuatu untuk mengikuti UN dan SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Sebelumnya aku juga menginginkan bisa mendaftar sebagai Taruni AIM (Akademi Imigrasi). SNMPTN, aku ingin mendaftar di salah satu perguruan tinggi yang terkenal akan prestasi nya dan juga banyak peminatnya, yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB). Dan terutama ingin mengambil jurusan yang berhubungan dengan Biologi, yaitu SITH-S (Sekolah Ilmu Teknologi Hayati-Sains). Setauku itu mempelajari tentang Biologi Murni. Aku sangat bersemangat bisa mendaftar ke sekolah tersebut. Saking semangatnya aku sering berkonsultasi dengan guru ku BK di SMA.

Sembari menunggu pengumuman kapan dibukanya pendaftaran SNMPTN, aku iseng-iseng membuka universitas lain. Untuk jaga-jaga saja jika nanti tidak bisa lolos SNMPTN. Aku mendapatkan informasi kalau Universitas Telkom telah membuka pendaftaran jalur prestasi akademik. Karena kakak sepupu berkuliah disana, langsung lah kedua orang tua ku meminta untuk mencoba mendaftar di Universitas Telkom dan mengambil jurusan S1 Teknik Telekomunikasi. Tiba lah waktunya pengumuman Universitas Telkom, dan Alhamdulillah aku diterima. Tetapi, belum sempat aku berbicara kepada kedua orang tua ku bahwa aku menginginkan kuliah di ITB, kedua orang tua ku sudah menyuruhku untuk membayar biaya daftar ulang Universitas Telkom. Dengan berat hati aku pun menurutinya.

Selang beberapa waktu, pengumuman pendaftaran SNMPTN pun dibuka, aku masih bingung, bimbang, galau, semua nya campur aduk menjadi satu. Di satu sisi aku ingin sekali ikut SNMPTN, di sisi yang lain kedua orang tua meminta untuk memasuki Universitas Telkom saja, karena sudah membayar biaya daftar ulang. Yang memang biaya nya tidak lah sedikit. Akhirnya aku memutuskan untuk berkonsultasi lagi dengan guru BK ku. Aku mencurahkan semuanya disana, tak peduli air mata pun selalu mengalir setiap membicarakan hal itu. Dan guru BK ku pun memberitahu ku bahwa pilihan orang tua itu tidak akan salah. Tetapi, guru BK ku juga meminta ku untuk membicarakan hal ini kepada kedua orang tua ku secara perlahan. Aku sempat berdebat dengan kedua orang tua ku. Aku tidak ingin impian ku itu terkubur sia-sia lagi. Aku selalu bersi keras untuk bisa mewujudkan impian ku yang satu ini. Dan akhirnya semua pun sia-sia. Kedua orang tuaku hingga saudara-saudara ku tetap meminta ku untuk mengambil Universitas Telkom. Hingga waktu terakhir pendaftaran SNMPTN, aku pun tidak mempersiapkan berkas-berkasnya.

Dan pengumuman pun tiba, teman-temanku yang mendaftar di ITB pun diterima semua. Hanya ada satu jurusan yang tidak diambil, yaitu jurusan yang aku inginkan. Semakin sakit yang ku rasakan. Kecewa, menyesal, marah, karena semua impian hancur. Hingga aku pun selalu menyalahkan pilihan kedua orang tua ku. Dan tiba lah saat nya aku untuk berangkat ke Bandung. Tanpa ada rasa semangat pun aku mempersiapkan barang-barang ku. Sebelum berangkat pun masih ada drama yang terjadi. Aku marah, menangis, namun semuanya membiarkan ku. Dengan berat hati, aku pun berangkat juga. Diantar oleh ibu ku, bapak ku pun tidak bisa ikut mengantarkan ku ke Bandung. Semua berjalan dengan yang diinginkan kedua orang tua ku. Karena dunia teknik bukan lah yang ku inginkan, bukan juga bidang ku. Semua kulakukan hanya karena aku tidak ingin mengecewakan pilihan kedua orang tua ku. Dengan hati yang sangat berat meninggalkan semua mimpi ku. Menjadi seorang scientist.

Kepastian

Namun, seiring berjalannya waktu, aku mulai bersahabat dengan semuanya. Perlahan aku mencoba mencintai apa yang telah aku dapat sekarang. Dan itu tidaklah buruk jika kita memang benar-benar ikhlas menjalaninya. Tanpa ada dukungan dari teman-teman ku disini, mungkin aku masih belum bisa menerimanya. Tetapi, sekarang semuanya berjalan dengan semestinya. Aku mulai bersemangat menjalani perkuliahan ku disini. Ternyata tanpa aku sadari, jurusan ku ini menjadi jurusan favorit di Indonesia. Karena hanya ada dua universitas yang memiliki jurusan ini. Dan aku pun mulai berbangga hati karena kampus ku tidak kalah hebatnya dengan kampus negeri terkemuka di Indonesia.

Dan apabila ada yang mengalami hal yang sama dengan ku, menuruti pilihan orang tuanya. Maka laksanakan itu dengan ikhlas. Awalnya memang berat menerima semua yang bukan impian kita. Tetapi, ingatlah ini semua demi orang tua yang menginginkan anaknya sukses dan menjalani kehidupan lebih baik dari mereka. Tulus ikhlas, beremangat, raih mimpi yang lain, munculkan mimpi yang lain itu adalah kuncinya. Ridha Allah adalah Ridha Orang tua. Jika orang tua meridhai jalan kita, maka Allah pun akan meridhai. Dan apabila kedua orang tua tidak meridhai pilihan kita, impian kita, maka Allah juga tidak akan meridhai pula. Sekeras apapun kita mencoba meraihnya, maka itu tidak akan tercapai tanpa ridha orang tua. Dan semoga semua kesuksesan berawal dari sini. Dari seorang anak yang mencoba berbakti kepada kedua orang tuanya.

Artikel berjudul “Antara Keraguan dan Kepastian” ini adalah artikel lomba yang di adakan oleh Redaksi Seputar Kuliah 

Ditulis oleh: Widiya Tria Putri Hidayat.

Leave A Reply

Your email address will not be published.

x