Misteri Dibalik Kejujuran

Bimbang adalah sebuah perasaan yang sering dialami seseorang di masa mudanya. Puncak kebimbangan pemuda adalah selepas lulus dari SMA. Rasa bingung dan takut seringkali hinggap di kepala. Tak jarang kebimbangan itu dapat menimbulkan rasa stress. Berdasarkan observasiku,dari tahun 2014 (lulus SMA) sampai sekarang, pertanyaan yang sering hinggap di kepala siswa SMA fresh graduate adalah kerja atau kuliah? Itupun jika memilih kuliah, masih dibingungkan lagi dengan pertanyaan kuliah dimana? Aku ingin menceritakan pengalamanku dalam memilih jurusan kuliah pada tahun 2014.Pengalaman ini kumulai dari tahun 2011.

Pada 2011 aku adalah siswa SMA di salah satu sekolah favorit di kotaku. SMA ku sering menjuarai beberapa perlombaan tingkat provinsi sampai internasional. Aku adalah seorang pendiam dan juga pemalu. Aku juga bukanlah orang yang gemar membaca buku pelajaran SMA. Belajar dadakan seringkali aku lakukan setiap ada ujian. Walaupun begitu, aku adalah orang yang memiliki tanggung jawab kepada orang tua terkait nilai akademis. Sewaktu SD dan SMP, aku adalah seorang yang cukup rajin dalam hal akademis. Pada waktu itu aku memiliki semangat yang tinggi dalam belajar. Hal itu aku buktikan dengan mengikuti banyak les pelajaran, tidak menunda-nunda pengerjaan pekerjaan rumah , dan lain-lain. Semua hal tersebut menjadi terbalik saat aku menapakkan kaki di jenjang SMA. Secara garis besar, aku bukanlah tipe orang yang bisa diandalkan saat SMA.

Pada tahun 2014, saat aku memasuki kelas 12, aku mulai merasakan ketakutan ketika megetahui UNAS semakin dekat. Perasaan itu disebabkan oleh tuntutan terhadap diriku untuk mendapatkan nilai UNAS yang tinggi. Tuntutan itu berasal baik dari diri sendiri maupun dari orang tua. Orang tuaku memiliki alasan gengsi dengan perkumpulan sebayanya, sedangkan aku menuntut diriku, karena aku berkeinginan untuk melanjutkan sekolah ke jurusan Teknik Informatika ITS. Pada waktu itu , semua tempat kursus seraya serempak menetapkan bahwa jurusan Teknik Informatika ITS adalah jurusan yang memiliki passing grade tinggi, bahkan dalam beberapa tahun terkahir paling tinggi. Sebenarnya passing grade juga bukanlah tolak ukur absolute dalam menentukan kualitas sebuah jurusan. Passing grade dibuat berdasarkan jumlah pendaftar dari tahun ke tahun. Walaupun begitu, passing grade dapat dijadikan tolak ukur dalam memprediksi tingkat persaingan dalam perebutan kursi kuliah. Dalam benakku, aku seringkali menertawai dan merendahkan keinginanku ini. Dengan nilai pas-pasan dan pemahaman yang samar-samar dalam beberapa mata pelajaran menjadikan penghalang mimpi tersebut. Walaupun begitu, aku tetap memimpikan hal tersebut.

 

Sebulan sebelum ujian, aku menemui suatu kejadian yang berbeda dari saat UNAS SD dan UNAS SMP. Aku mendapatkan tawaran kunci jawaban UNAS. Tawaran tersebut berasal dari teman sekelasku. Setelah mendapat tawaran itu, aku tidak langsung tertarik. Aku menanyakan tawaran tersebut ke teman-tema terdekatku. Jika banyak yang membeli, kemungkinan besar aku juga membelinya. Motto hidupku pada saat itu adalah “Yang penting ada temannya”. Setelah aku observasi, ternyata hampir semua teman kelasku memesan kunci jawaban tersebut. Selain kelasku, terdapat beberapa kelas yang juga memesan kunci jawaban tersebut. Aku sempat tertarik dengan tawaran ini, karena dengan menggunakan kunci ada kemungkinan besar meraih nilai UNAS yang tinggi. Selain itu, dengan membeli kunci jawaban ini juga dapat mengurangi ketakutanku dalam menghadapi ujian. Disaat aku mengandai-ngandai keuntungan dan kerugiannya, muncullah sebuah pengumuman yang membawaku terhadap 2 pilihan.

Membeli kunci jawaban atau membayar tur religi? Aku ingat betul pada saat itu harga kedua hal itu sama, yaitu 150 ribu. Setelah menimbang-nimbang, aku memutuskan untuk melakukan tur religi dan tidak membeli kunci jawaban. Hal ini sangat bertolakbelakang dengan motto hidupku pada saat itu, karena aku memiliki kebiasaan suka ikut temanku , walaupun itu jelek. Keputusanku ini aku dasarkan pada sebuah cerita yang aku dapatkan ketika mengikuti ESQ, pelatihan spiritual. Cerita tersebut mengisahkan 3 orang yang melakukan perjalanan jauh di sebuah gurun yang panas dan luas. Di setengah perjalanannya, mereka menemukan sebuah gua yang tertutup dengan batu besar. Menurut legenda, gua tersebut adalah jalan pintas menuju ujung gurun. Satu-satunya cara untuk menggeser batu tersebut adalah dengan menyebutkan kebaikan yang dipelihara hingga sekarang. Ketiga orang tersebut pun menyebutkan kebaikan-kebaikan mereka masing-masing. Orang pertama mengatakan bahwa tidak pernah membentak ibu, kemudian batu pun tergeser dan orang pertama pun berhasil. Orang kedua mengatakan bahwa tidak pernah berbicara kotor dan orang kedua pun berhasil. Orang terkahir mengatakan bahwa selalu berperilaku jujur dan orang ketiga juga berhasil. Dari kisah tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sebuah kenikmatan dapat dicapai dengan kebaikan yang terpelihara.

Setelah UNAS berlangsung, terdapat beberapa bulan kosong sebelum pengumuman nilai dan SNMPTN. SNMPTN adalah salah satu jalur masuk kuliah tanpa harus mengikuti tes. Pada waktu itu, penilaian SNMPTN didasarkan pada nilai rapor, sertifikat juara dan nilai UNAS. Bobot persentase penilaiannya adalah rahasia masing-masing perguruan tinggi. Pada SNMPTN ini aku hanya bisa mengandalkan nilai rapor(walaupun pas-pasan) dan nilai UNAS. Sesuai keinginanku sebelumnya, pada SNMPTN aku memilih 3 prodi ; pilihan pertama aku memilih jurusan Teknik Informatika ITS, pilihan kedua jurusan Statistika ITS dan pilihan ketiga Teknik Informatika Universitas Brawijaya. Beberapa bulan kosong, aku isi dengan belajar soal-soal SBMPTN, sebagai persiapan jika tidak lolos SNMPTN. Aku juga menggiatkan beberapa ibadah sunnah yang sebelumnya jarang aku lakukan. Dan saat pengumuman nilai UNAS keluar, hasilnya sangat mengecewakan. Nilaiku tergolong di bawah rata-rata nilai UNAS sekolahku. Pada sebelumnya, aku sudah menyiapkan mental untuk menerima kenyataan buruk. Tapi aku tidak bisa menghindari rasa stress , karena cemooh tidak hanya datang dari diri sendiri tapi juga datang dari kedua orang tua. Rasa stressku semakin bertambah, ketika beberapa minggu menjelang pengumuman SNMPTN, aku menderita banyak penyakit seperti batuk,pilek,pusing dan sariawan.

Aku merasa tidak munggkin lolos SNMPTN pilihan pertama. Aku merasa hanya pertolongan Tuhan yang bisa membalikkan semua kegagalan ini. Pada saat itu , aku semakin menggiatkan ibadah-ibadah sunnah dan belajar. Sampailah pada sehari sebelum pengumuman SNMPTN. Pada malam itu, aku sempat kaget pada perilaku orang tuaku. Sebelumnya mereka menerima hasil nilai UNASku, tetapi tiba-tiba mereka mencemoohku seraya membanding-bandingkan nilaiku dengan nilai anak-anak temannya. Pada saat itu, aku hanya bisa pasrah. Aku merasa percuma, jika mengatakan kebenarannya, kalau anak-anak teman orang tuaku melakukan kecurangan. Keesokan harinya, aku bersiap-siap untuk mengecek hasil SNMPTN melalui laman resminya. Aku berpikir ini hanya sia-sia, karena menurutku aku tidak lolos SNMPTN. Tetapi ternyata keinginanku terkabul, karena aku lolos SNMPTN pada pilihan pertama, Teknik Infromatika ITS. Pada saat itu aku hanya bisa bersyukur.

Dari sini aku semakin yakin bahwa niat yang baik,usaha dan proses yang jujur tidak akan menghkianati hasil. Dalam melakukan kejujuran pun tidak boleh setengah-setengah, hal itu harus dilakukan dengan penuh keyakinan. Sampai saat ini pula, aku selalu berusaha jujur dalam melakukan sesuatu baik itu hal kecil maupun hal besar. Setiapkali aku melakukan sebuah penyimpangan, aku selalu mengingat nikmat yang luar biasa ini. Setiapkali aku mengeluh tugas kuliah atau masalah kampus, aku selalu mengingat usahaku tersebut. Bagi lulusan SMA yang masih bingung memilih jurusan, perdalamlah ibadah, muliakanlah orang tua dan panjatkanlah doa terbaik kalian. Gantungkanlah mimpi kalian setinggi-tingginya sampai kamu mungkin ditertawakan atau diremehkan orang lain. Tuhan selalu mengerti apa yang dibutuhkan hambanya.

Artikel berjudul “Misteri Dibalik Kejujuran” ini adalah artikel lomba yang di adakan oleh Redaksi Seputar Kuliah

Ditulis oleh: Jeffry Nasri Faruki.

Leave A Reply

Your email address will not be published.

x