Wait for a Minutes, Your Dreams is on Processing

Bermimpilah setinggi setinggi-tingginya, karena bermimpi itu gratis. Kurang lebih begitulah perkataan guru matematika SMP ku dulu, beliau mengatakannya saat kami disibukkan dengan latihan soal yang Ia berikan. Aku, memang tipe orang yang mudah terpengaruh oleh perkataan positif orang lain. Perkataan guru pelajaran favoritku ini sudah terukir, mengakar sangat kuat sampai memori alam bawah sadarku. Terbukti, aku sudah mengingatnya selama 8 tahun.

Saat menginjak bangku SMP, aku bukanlah sosok pelajar yang rajin belajar setiap harinya. Hanya saja, saat pelajaran berlangsung Aku selalu memperhatikan guru yang sedang berbicara di depan kelas, apalagi jika pelajaran tersebut adalah matematika. Tak pernah lupa, selalu mengingatkan teman-teman di sebelah kanan kiri ku untuk tidak meminjam apapun selama pelajaran berlangsung, atau mengajak ngobrol, ataupun yang lainnya yang Aku rasa dapat mengganggu konsentrasi belajar matematika ku.

Pernah suatu ketika saat pagi buta sebelum jam matematika dimulai, badan kecilku ini diseret berbelok arah dari tujuan kelasku, para pelakunya bukan lain adalah sahabat-sahabatku sendiri. Alasannya? Mereka belum mengerjalan PR yang diberikan pak guru. Akhirnya ku berikan hasil usahaku meng otak-atik angka, tentunya, ku berikan karena terpaksa.

Selalu asyik, mencari-cari nilai x, atau variabel lainnya, sudah terasa seperti sebuah game rasanya. Dan ternyata keasyikan inilah yang membawaku ke olimpiade matematika tingkat kabupaten. Dimulai dari seleksi tingkat sekolah (jujur saja, dulu Aku hanya merasa “ingin”, tanpa diikuti dengan daftar seleksi). Namun, tragedi seret menyeret kembali terulang. Kali ini sahabat-sahabatku pula lah yang menyeretku ke bangku kelas tempat diadakannya seleksi. Aku tak pernah memikirkan Aku lolos atau tidak. Toh bagiku, soal matematika masih tetap seperti game. Keesokan paginya, seseorang memberitahuku bahwa namaku masuk dalam 5 orang murid terpilih sebagai perwakilan dari SMP ku untuk olimpiade matematika tingkat kabupaten. Walau, setelah olimpiade itu, namaku tak lagi ada di papan pengumuman sebagai juara olimpiade tingkat kabupaten. Oke, tak apa. Setidaknya kamu pernah mencoba.

3 tahun berlalu sejak olimpiade itu, Aku kembali dihadapkan pada perasaan “ingin”, kali ini tidak ada yang menyeretku untuk mengabulkan “ingin” ku. 2013, adalah tahun dimana “ingin”ku untuk memilih kampus impian tidak tercapai. Bagiku, Aku harus tahu diri. Lalu, Aku memilih kampus tetangganya. Dan.. Tidak ditakdirkan Allah untuk lulus dalam seleksi masuk perguruan tinggi negeri ini. Kecewa, frustasi, kurang nafsu makan, itulah yang terjadi padaku. Begitupun dengan seleksi tertulis. Aku, tidak lolos sama sekali. Sampai kemudian Aku melihat kata “lulus” berada dalam akunku. Akan tetapi, bukan perguruan yang ku inginkan, juga biaya nya yang tinggi membuatku memutuskan untuk tidak kuliah selama satu tahun ini, keputusan yang masuk dalam list daftar keputusan terberat selama hidupku.

Satu tahun yang tidak ku habiskan untuk kuliah itu, Aku isi dengan latihan soal-soal SBMPTN, membuat planning selama kuliah nanti, mengajar anak-anak Diniyyah, dan menghafalkan Al-Qur’an. “Tahun depan, semua test masuk perguruan tinggi negeri, semuanya, harus diikuti” pikirku dalam hati.

Satu tahun berlalu, SBMPTN, UM-PTAIN, UM-UIN Bandung, dan SMUP Unpad semua Aku ikuti. Berhasilkah? Tidak. Aku kembali mengalami perasaan kecewa pada diri sendiri, tidak tertulis lulus pada akun SBMPTN ku. Tapi, masih ada harapan lain, dan Alhamdulillaah aku lulus di jurusan tujuanku, S-1 Kimia murni UIN bandung. Begitupula dengan SMUP Unpad, D-3 Analisis kimia menjadi jurusan kedua Aku lulus. Dengan planning yang telah ku buat, Alhamdulillaaah, beberapa mimpiku Allah izinkan terkabul. Seperti mengikuti lomba menulis dan lomba tahfiz Al-Quran. Walau, beberapa mimpiku ada pula yang masih mengawang bagaimana akhirnya. Intinya, jangan pernah berhenti bermimpi, karena mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia. – Ost. Laskar Pelangi

Saat kita mencoba, dua kemungkinan yang akan kita dapati: berhasil dan tidak berhasil. Begitupun sebaliknya, jika tidak mencoba, hanya satu hal yang pasti kita dapati: tidak berhasil. Maka, mencoba adalah pilihan yang terbaik, terlepas dari behasil atau tidak nya, yang penting kita sudah berani mengambil langkah untuk mencoba. Saat satu pintu tertutup, janganlah terlalu lama meratapi kesedihan di depan pintu tertutup itu. Kita belum melihat sekitar, bangkitlah, diam dan terlalu banyak berpikir bukan solusi yang baik. Pintu lain masih terbuka untukmu. “Banyak jalan menuju Roma”, pepatah mengatakan demikian bukan?

Mimpi-mimpimu jangan kau biarkan begitu saja. Bila suatu hari salah satu mimpimu tak dapat tercapai, tak apa, mundur satu langkah untuk maju beberapa langkah juga mungkin bukan?

Gantungkanlah mimpimu setinggi langit, jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang -Pamela Vaull Starr-

“Where there is a will, there is a way”

Artikel berjudul “Wait for a Minutes, Your Dreams is on Processing” ini adalah artikel lomba yang di adakan oleh Redaksi Seputar Kuliah (seputarkuliah.com).

Ditulis oleh: Hanifah faujiah (Mahasiswi FMIPA-Analisis Kimia, Universitas Padjadjaran)

Bisa disapa lewat Line atau Instagram: @hanifahfaujiah

1 Comment
  1. […] Simak juga: Wait for a Minutes, Your Dreams is on Processing. […]

Leave A Reply

Your email address will not be published.

x