Asiknya Menjadi Polyglot

Sekitar 3 tahun yang lalu, untuk pertama kali nya saya bepergian ke luar negeri. Negara yang saya kunjungi adalah Singapura. Pada mulanya, saya belum menemukan hal yang menarik lainnya yang dapat dipelajari dari negara ini selain kemajuan teknologi dan ketertiban masyarakatnya, sampai suatu ketika saya menemukan suatu hal unik dari masyarakat Singapura, yaitu saat saya berada di dalam sebuah MRT (Mass Rapid Train), saya mendengar beberapa orang Singapura bercakap–cakap dengan berbagai macam bahasa, antara lain bahasa Inggris, bahasa Melayu, dan bahasa Mandarin. Awalnya saya merasa aneh dengan hal tersebut, namun lama kelamaan saya menyadari bahwa kemampuan berbahasa asing merupakan suatu kebutuhan yang penting, terutama di abad 21 ini.

Kita dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan siapapun dan di manapun. Kalau kita ingin berkarir di tingkat internasional atau global, kita wajib menguasai bahasa asing. Sebagai contoh, jika kita ingin menjadi diplomat di masa depan, tentunya kita harus dapat menguasai minimal Bahasa Inggris dan 1 bahasa asing yang masuk dalam bahasa PBB seperti Arab, Mandarin, Prancis, Spanyol dan Rusia. Contoh kedua adalah dalam bidang bisnis. Seumpama, kita harus ekspor barang dagangan kita ke luar negeri (karena ini era nya perdagangan bebas, termasuk AEC atau lebih kita kenal dengan MEA), misal ke Tiongkok, maka kita minimal harus bisa menguasai Bahasa Inggris dan alangkah lebih bagusnya kita bisa berbahasa Mandarin, supaya para investor dan konsumen di sana tertarik dengan barang kita.

Ditambah lagi sekarang kita sedang memasuki masa nya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), yang telah diberlakukan pada akhir Desember 2015 lalu, di mana pada masa ini bukan hanya barang saja yang bebas keluar masuk antar negara ASEAN, namun juga sumber daya manusianya. Contohnya seperti dokter. Mungkin nanti dokter kita dari Thailand, sopir angkot dari Malaysia, dosen dari Vietnam, pedagang warteg dari Filipina, pegawai bank dari Singapura, begitupun juga dengan kita nantinya, kita bisa bebas bekerja di negara–negara yang termasuk MEA tadi. Apa syarat minimalnya? Penguasaan Bahasa Asing, khususnya Bahasa Inggris. Bagaimana bisa jadi dokter di Singapura jika kita tidak bisa bahasa Inggris dan Mandarin?

 

Nah, dalam penguasaan bahasa asing ini, kita tidak bisa terlepas dari kata Polyglot. Polyglot, mungkin hanya sebagian kecil dari kita yang pernah mendengarnya. Polyglot adalah sebutan bagi seseorang yang mampu menguasai beberapa bahasa asing. Menurut Linguist Richard Hudson, seseorang disebut polyglot jika menguasai lebih dari 4 bahasa, sedangkan pada orang yang menguasai 2 bahasa disebut bi-lingual, untuk 3 bahasa disebut tri-lingual, dan pada orang yang menguasai lebih dari 6 bahasa disebut hyperpolyglot. Salah satu contoh seorang polyglot yang terkenal di dunia adalah Richard Simcott, yang mampu menguasai 20 bahasa asing.

Pada zaman yang serba maju sekarang ini, memiliki keterampilan dalam berbicara asing, terutama bahasa Inggris mungkin sudah menjadi hal yang umum. Pasalnya, di zaman yang semakin global ini, keterampilan bahasa asing tidak hanya pada bahasa Inggris saja. Masyarakat juga semakin tertarik untuk mempelajari bahasa asing lainnya. Seperti yang terjadi pada teman saya yang tinggal di Korea Selatan. Dia berkata bahwa sekarang warga Korea Selatan sedang giat – giatnya mempelajari bahasa ASEAN dan Mandarin, di samping bahasa Inggris, untuk ekspansi pekerjaannya, karena sekarang mencari pekerjaan yang mapan di Korea Selatan semakin susah yang diakibatkan semakin ketatnya persaingan di dalam negeri. Oleh karena itu, mereka berusaha untuk melebarkan karirnya di luar Korea Selatan, dimulai di negara ASEAN dan Tiongkok.

Hal yang sama juga dialami oleh warga Tiongkok menjelang MEA. Mereka sangat antusias menyambut MEA dengan melakukan berbagai macam persiapan, termasuk mempelajari berbagai macam bahasa asing, terutama bahasa ASEAN. Bahkan, di kota Nanning, Guangxi, telah dibangun ASEAN Study Center, yang bertujuan untuk mengadakan pelatihan bahasa ASEAN bagi warga Tiongkok. Dan lebih kerennya lagi, hampir semua warga Tiongkok, baik usia muda maupun tua sangat antusias memanfaatkan fasilitas ini untuk melatih kemampuan bahasa asing mereka agar dapat bersaing di dunia global.

Dengan berbagai penjabaran di atas, tentunya banyak sekali manfaat yang akan kita dapatkan jika mampu menjadi seorang polyglot, antara lain:

1. Memiliki Kelenturan kognitif

Orang dewasa yang bisa berbicara dua bahasa atau lebih sejak masih anak-anak diketahui memiliki fleksibilitas kognitif yang lebih baik. Ini berarti, mereka lebih mampu beradaptasi di lingkungan baru atau yang tak terduga.

2. Mempertajam Otak

Manfaat ini juga dirasakan oleh mereka yang belajar bahasa asing pada usia dewasa. Mereka yang menguasai dua atau lebih bahasa asing memiliki kemampuan yang lebih baik dalam membaca dan juga kecerdasan karena dapat memperluas cakrawala pengetahuan serta membangun kreativitas dalam diri mereka masing – masing.

3. Menunda penyakit Alzheimer

Walau tidak membuat kita imun terhadap penyakit Alzheimer, tetapi orang yang bilingual ternyata penyakitnya lebih lama muncul dibanding orang yang bicara satu bahasa karena belajar lebih dari 1 bahasa asing butuh konsentrasi tinggi, dengan begitu otak akan bekerja secara maksimal dan mencegah penyakit Alzheimer / pikun.

4. Mengambil keputusan dengan baik

Orang yang berpikir dalam bahasa lain ternyata cenderung membuat keputusan yang rasional, karena mereka tidak terlalu menggunakan emosi saat membuat keputusan. Selain itu, ternyata orang Indonesia termasuk orang yang punya bakat alami untuk jadi polyglot, karena orang Indonesia mempunyai lidah paling fleksibel untuk berbahasa asing lainnya. Ini terbukti dengan pelafalan orang yang berbahasa Indonesia dan yang bukan, ketika mencoba mempelajari bahasa asing. Bandingkan dengan orang India, Tiongkok, Jepang, Malaysia saat bicara menggunakan bahasa Inggris. Sefasih apapun mereka, dialek bicaranya tetap saja kental dengan bahasa kebangsaan mereka.

 

Demikianlah manfaat yang bisa kita peroleh ketika menjadi seorang polyglot. Belajar beberapa bahasa asing memang tidaklah mudah, diperlukan waktu dan perjuangan untuk mencapainya. Teruslah belajar dengan tekun dan giat, sisakan waktu satu sampai dua jam setiap harinya dan kita pasti akan bisa menguasai bahasa yang kita inginkan. Kita harus disiplin sampai kita berhasil menguasainya, selain itu teruslah kembangkan kemampuan berbahasa kita dan jangan sampai kita lupa hanya karena tidak diulang ulang. Ingatlah bahwa ketika kita menguasai salah satu bahasa maka kita sudah merupakan bagian dari dunia bahasa itu sendiri dan itu sangat mengasyikkan. Jadi, jangan takut tidak bisa kalau memang ingin belajar bahasa asing, karena kita diciptakan berbeda agar saling mengenal satu sama lain.

“Language is one of important part of a culture. Somebody say that if you mastering a language, the world is in your hand.” – Anonymous

“The limit of my language are the limit of my world.” – Ludwig Wittgenstein

Artikel berjudul “Asyiknya Menjadi Polyglot” ini adalah artikel lomba yang di adakan oleh Redaksi Seputar Kuliah (www.seputarkuliah.com).

Ditulis oleh: Andri Kurniawan Susanto
(Bisa disapa lewat Facebook : Andri Tan)

#Seputarkuliah #SeputarkuliahCom

1 Comment
  1. […] Baca juga: Asyiknya Menjadi Polyglot. […]

Leave A Reply

Your email address will not be published.

x