Hai Sesama Penggiat Organisasi Di Luar Sana, Apa Kalian Pernah Merasakan Hal Yang Sama?

Hai Sesama Penggiat Organisasi Di Luar Sana, Apa Kalian Pernah Merasa Hal Yang Sama?

 

Mereka bilang, yang terpenting bukan hasil, melainkan prosesnya.

Namun, di umurku yang menjelang 21 tahun ini aku baru sadar, selama ini aku terlalu berfokus pada hasil dan mengabaikan prosesnya. Menyedihkan.

Hal ini kutemukan dalam berorganisasi. Aku memandang diriku sebagai pekerja keras dan bertanggung jawab. Ketika diamati suatu posisi, aku selalu berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan tugas-tugasku. Dari situlah lahir pandangan kalau aku ini pekerja keras yang bertanggung jawab. Namun, belakangan kusadari, itu tidak sepenuhnya benar. Tak berarti juga salah. Hanya kurang tepat.

Alasan sebenarnya mengapa aku bekerja begitu maksimal bukan karena murni bertanggung jawab, aku hanya tidak ingin menghadapi tekanan apalagi disalahkan. Itulah mengapa aku harus cepat menyadari lebih dulu apa yang menjadi kewajibanku, dan melaksanakannya tanpa perlu orang lain suruh. Aku banyak bertanya, agak tidak percaya diri kalau-kalau salah langkah.

Dengan berorganisasi, kau semakin mengenal dirimu sendiri.

Mengapa kukatakan aku sadar terlalu fokus pada hasilnya?

Berkaca dari pengalaman sebagai penanggung jawab konsumsi cabang olahraga selama 2 bulan, aku tahu sudah tugasku mengurus konsumsi yang diperlukan. Namun, tak urung aku merasa terbebani. Memesan galon air, mengambil berdus-dus makanan, menyiapkan berbotol-botol air mineral. Aku begitu disibukkan dengan ‘perasaan terbebani’ hingga lupa untuk menyukai apa yang kulakukan. Aku hanya ingin event ini segera terselesaikan.

Ternyata, aku memandang amanat yang diberi padaku hampir-hampir sebagai beban; posisi yang mengikat dan membatasi ruang gerakkku. Namun hal ini hanya kurasakan terjadi ketika berorganisasi di luar zona nyaman, mengemban amanah yang kurasa sedikit di luar kemampuan (atau kemauan?)

Kesempatan lainnya; sekian kali aku ditunjuk menjadi sekretaris, kenapa aku belum hapal juga alur birokrasi? Juga masih bingung antara akademik, perkuliahan, dan kemahasiswaan. Padahal, aku selalu mengurus surat-surat. Lagi-lagi ini membuatku sadar, aku hanya ingin kewajibanku sebagai sekretaris tuntas terlaksana, tanpa aku benar-benar menikmati prosesnya. Kalau iya, tentu aku sudah hapal alur dan perbedaan bidang-bidang kepengurusan—tingkat fakultas setidaknya. Bukannya main melupakan saja setelah bebas dari acara.

Sangat disayangkan apabila kita sebagai mahasiswa memiliki cukup banyak riwayat organisasi dan kepanitiaan, tapi lupa mengambil pelajaran terkait posisi yang ditempati. Ya itu tadi.

Jadi sekretaris, tapi ilmu kesektariatannya nggak nempel.

Jadi PJ sponsorship, nggak mampu bernegosiasi dan berkompromi dengan orang lain.

Jadi kepala divisi acara olahraga, masih nggak paham cara bikin bagan pertandingan.

Jadi staff pengajar muda sekolah dasar, bocil-bocil berlarian kesana-kemari gak mau belajar saja sudah habis sabar..

Tentu saja, hikmah dari aktif berorganisasi itu banyak; pergaulanku meluas, dan aku dapat mengenal diriku sendiri lebih dalam. Aku sadar bahwa aku mampu bekerja dalam tim, entah sebagai pemimpin atau anggota biasa dengan jobdesc paling minim. Aku memang agak terbebani, tapi aku senang mampu menjalani semua itu dengan baik.

Manisnya hasil dan proses yang pahit adalah kombinasi terbaik untuk membuat hidup berwarna. Hikmah, kesadaran, serta perasaan senang yang kurasakan di akhir kusebut sebagai HASIL. Kembali ke statement awal, aku belum benar-benar meresapi PROSES-nya. Apa saja wujud prosesnya? Ilmu terkait posisi yang diamanatkan, stress managing, mentality, bekerja di bawah tekanan, belajar untuk TIDAK MENGELUH apalagi PAMRIH; sadar bahwa tidak semua kerja keras kita bisa diapresiasi oleh orang lain… Kesemuanya inilah yang sebenarnya kita perlukan untuk bekal bekerja nanti. Bukan sertifikat, apalagi koleksi id card.

Yasudahlah, ya.

Minimal sekarang sudah sadar. Belum telat juga untuk membenahi diri. Semoga catatan singkat ini mengetuk kesadaranmu walau sedikit. Selagi masih muda (dan jomblo), aku mau sibuk-sibuknya belajar, menyayangi keluarga dan teman-teman, mencintai diri sendiri, dan berusaha menjadi sebaik-baiknya manusia dengan bermanfaat bagi orang lain. Kamu juga, yuk?

Salam sayang & semangat untukmu,

Mahasiswa-mahasiswa kepala dua

-alnwdy

 

Profil Penulis

Nama           : Nur Amalina Widya

Status          : Mahasiswa Universitas Padjadjaran

Twitter         : @alinawidya

Leave A Reply

Your email address will not be published.

x