Merevitalisasi Minat Membaca dan Menulis untuk Indonesia yang Lebih Baik

Definisi membaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati). Sedangkan menulis adalah membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya). Membaca dan menulis itu ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Ada pepatah yang mengatakan “Apabila ingin mengenal dunia maka membacalah, dan apabila ingin dikenal dunia maka menulislah.” Hal ini mengisyaratkan betapa penting dan fundamentalnya membaca dan menulis itu. Maju tidaknya sebuah negara atau peradaban bisa dilihat dari tingkat literasi atau budaya membaca dan menulis masyarakat negara tersebut. Contohnya seperti Jepang, Jerman, Inggris, Turki, Spanyol dan lain sebagainya.

Bahasa sendiri diklasifikasikan menjadi dua. Yaitu, bahasa verbal dan non verbal. Bahasa verbal adalah bahasa penbicaraan. Dan bahasa verbal termasuk salah satu keunggulan bahasa Indonesia. Dan kedua adalah bahasa non verbal yaitu bahasa tulisan. Untuk bahasa non verbal adalah salah satu kelemahan bahasa Indonesia. Sebelum bisa menulis dengan baik maka harus dibarengi dengan membaca. Karena budaya masyarakat Indonesia yang lebih senang mendengarkan daripada membaca secara langsung. Membaca dan menulis dianalogikan seperti orang yang sedang makan dan buang air. Apabila seseorang hanya membaca saja tanpa dibarengi dengan menulis itu seperti orang yang makan terus tanpa sekalipun buang air besar/kecil. Begitu pula sebaliknya, apabila orang tersebut hanya menulis tanpa diiringi membaca seperti orang tersebut buang air besar/kecil tanpa sedikitpun makan.

Dari perspektif agama, membaca dan menulis adalah suatu amal perbuatan yang sangat vital dan sangat dianjurkan untuk dilakukan dan dilestarikan. Mengapa demikian? Buku adalah jendela ilmu dan sebaik-baiknya teman duduk adalah buku. Membaca buku semakin menyenangkan karena imajinasi lebih bebas bermain. Semakin seseorang banyak membaca maka pengetahuan dan wawasannya juga semakin luas. Sehingga tidak tong kosong nyaring bunyinya atau berbicara tanpa ada dasar ilmunya. Karena berbeda orang yang berpengetahuan dengan orang yang tidak berpengetahuan. Membaca tidak terbatas hanya tekstual saja, membaca situasi atau lingkungan juga sangat diperlukan dalam mengembangkan empati dan kepekaan sosial.

Dengan permasalahan-permasalahan diatas maka solusinya tidak lain dan tidak bukan hanya dengan merevitalisasi minat baca dan tulis masyarakat Indonesia. Revitalisasi adalah proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali budaya membaca dan menulis di kalangan masyarakat Indonesia pada umumnya dan kalangan mahasiswa sebagai agent of change atau pelopor perubahan harus menggerakkan roda-roda literasi dan mengembangkan taman baca atau perpustakaan semakin baik dan ramah masyarakat.

Pemerintahan melalui perpustakaan nasional pada hal ini juga berperan penting dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk meningkatkan budaya literasi masyarakat Indonesia. Salah satunya dengan mengembangkan perpustakaan berjalan, atau e-library yang menyediakan berbagai judul buku dalam bidang apa saja. Dengan semakin mudahnya akses buku-buku maupun jurnal-jurnal secara gratis. Tidak ada alasan untuk tidak membaca. Sekarang kembali kepada diri masing-masing. Apakah masih enggan dan bermalas-malasan untuk membaca. Hidup adalah pilihan maka pilihlah jalan perubahan yang baik. Karena masa depan seseorang tergantung dari apa yang ia baca sekarang.

Nah, apabila minat membaca sudah meningkat secara signifikant. Maka harus ditingkatkan dalam kreativitas dan inovasi menulis. Karen tidak cukup hanya dengan membaca. Harus dikembangkan lagi dari membaca tersebut sebuah gagasan atau ide yang baru. Memang menulis itu tidak mudah, tetapi juga tidak terlalu sulit. Menulis harus dibiasakan, semakin banyak menulis maka seiring berjalannya waktu bobot kualitas tulisan semakin bagus pula. contohnya, memulai dengan sehari menulis satu halaman karya apapun baik puisi, cerpen, essay atau yang sesuai hobi dan bakatnya masing-masing selama satu minggu. Kemudian minggu berikutnya ditingkatkan menulis dua halaman sehari. Begitu seterusnya sehingga terkumpul berbagai macam judul tulisan. Kualitas tulisan pada minggu pertama akan berbeda jauh dengan kualitas tulisan pada minggu kedua.

Untuk penulis pemula, teori menulis memang penting tapi praktek jauh lebih penting. karena banyak kasus bahwasanya terlalu paham teori menulis tapi realitanya takut untuk menulis. Dikarenakan teori terebut yang membatasi kreativitas dan imajinasi seorang penulis pemula. Baru menulis sedikit sudah takut salah dan tidak sesuia dengan kaidah penulisan. Yang penting menulis terlebih dahulu sampai naskahnya selesai baru dibenarkan sesuai kaidah penulisan. Ini salah satu trik dan tips bagi penulis pemula. Kedua, dengan sering mengikuti lomba-lomba kepenulisan baik menang maupun kalah itu urusan belakang. Dengan mengikuti lomba-lomba kepenulisan secara langsung juga mengasah ketajaman dan kreativitas tulisan. Apakah sudah layak tulisannya menjadi juara. Dan apabila belum menjadi juara. Jangan menyerah dan putus asa. Itu adalah sebagai pijakan awal untuk menapaki tangga kesuksesan dan keberhasilan.

Artikel berjudul “Merevitalisasi Minat Membaca dan Menulis Untuk Indonesia Yang Lebih Baik” ini adalah artikel lomba yang di adakan oleh Redaksi Seputar Kuliah 

Ditulis oleh: Khoirur Roziqin.

2 Comments
  1. […] Baca juga: Merevitalisasi Minat Membaca dan Menulis Untuk Indonesia Yang Lebih Baik. […]

  2. […] Baca juga: Merevitalisasi Minat Membaca dan Menulis Untuk Indonesia Yang Lebih Baik. […]

Leave A Reply

Your email address will not be published.

x